Saat berdiskusi dengan kawan-kawan di sebuah SMA di Kota Semarang, ada yang bertanya, “Kak, Kenapa kita harus beribadah? Apakah Tuhan butuh untuk disembah?” Celeguk! Saya terdiam. Batin saya, ini pertanyaan yang cukup berbobot untuk ukuran anak SMA. Tapi itu yang mereka tanyakan. Dan saya harus menjawabnya. Memutar otak. Gengsi dong, masak mahasiswa Fakultas Syariah gak bisa jawab pertanyaan seperti itu. Hehehe… Tapi tidak mudah juga menjawabnya. Karena saya harus menggunakan logika yang bisa diterima anak-anak SMA. Jika saya terlalu banyak mengutip ayat atau hadits, saya khawatir, pemahaman mereka hanya akan terpaku pada teks itu. Kawan-kawan yang baik ini kurang berani mengembangkan diri dalam pemahaman keagamaan. “Kamu ingin disayang Ayah-Bunda?” “He-eh,”, jawabnya lantang, mengangguk. “Kamu harus menjaga komunikasi yang baik dengan Ayah-Bunda. Caranya, gak bikin mereka marah gara-gara kamu telat bangun. Atau, gak ngabisin makan sahur, padahal ibu sudah cakep-capek masak...” kataku
saat lisan tak lagi abadi