Untuk anakku, Faruq.
Selamat beranjak dewasa, Anakku.
Faruq, ayah menulis surat ini beberapa hari setelah mengantarkanmu ke Dokter Rudi, yang mengkhitanmu.
* * *
Hmm...
Kayaknya baru kemarin pagi, membacakan azan dan mengumandangkan iqamat di kedua telingamu.
Kayaknya baru kemarin pagi, mengantarkanmu mengenakan seragam merah putih yang kedodoran.
Kayaknya baru kemarin pagi, mengantarkanmu ke pondok untuk ikut mengaji sambil malu-malu kucing.
Ah.... waktu begitu cepat.
Tak terasa kini kamu sudah beranjak dewasa. Dan kini sudah menjalani salah satu sunah nabimu, sunah penghulu nabi-nabimu, berkhitan.
* * *
Faruq anakku, ayah tak tahu kapan engkau akan membaca surat ini, tapi ayah berharap engkau berkesemaptan membacanya beberapa saat nanti, dan kembali membacanya kelak, saat engkau sudah benar-benar dewasa.
* * *
Faruq anakku, setelah dikhitan, engkau kini bukanlah engkau yang kemarin.
Khitan adalah batas antara kanak-kanak dan kedewasaan.
Khitan adalah penanda bahwa dirimu bukan lagi anak-anak.
* * *
Faruq anakku, orang yang sudah dewasa berbeda dengan anak-anak.
Bedanya ada pada bagaimana ia bersikap dalam menjalani kehidupan.
Ya... Mungkin di usiamu sekarang, belum banyak yang kau temui di jalan.
Tapi setidaknya engkau perlu memahami bahwa kedewasaan itu berada pada bagaimana menyikapi keadaan dan bagaimana mengatur kehidupan.
Akan ada banyak hal di depan sana yang akan kau hadapi, Nak.
* * *
Pertama, jangan kagetan dan gumunan. Itu pesan ayah, juga pesen Mbah Yai Baidlowi kepada santri-santrinya.
Dunia terus berkembang jauh melampaui apa yang pernah kita bayansgkan, tapi tak perlu kaget, karena di bawah kolong langitt, gak ada yang benar-benar baru. Hadapi dengan senyuman dan keep calm.
* * *
Dua, canangkan mimpimu setinggi langit.
Jangan pernah takut tak bisa mencapai mimpi, tapi takutlah kalau kamu tak punya mimpi.
Mimpi itulah yang akan membawamu terbang ke angkasa.
* * *
Tiga, bagilah waktumu dengan baik. Fokuslah pada apa yang menjadi cita-citamu itu, dan habiskan waktumu untuk mengejar mimpimu itu.
Penyesalan lebih sering muncul bukan karena mimpi yang tak tercapai, tetapi karena mimpi yang terlalu rendah.
* * *
Empat, bersikaplah jujur dan teguh pendirian, meskipun jujur itu tidak mudah dan tidak murah.
Sapalah dengan baik siapa pun yang ada di depanmu. Yang lebih tua, hormati. Yang sebaya, hargai. Yang lebih muda, sayangi.
Orang tidak akan mengingat siapa dirimu, Nak. Tapi ia akan mengingat bagaimana dirimu memperlakukan mereka. Orang akan mengingat bagaimana dirimu memperlakukan mereka, Nak.
* * *
Lima, lupakan perbuatan baik yang sudah pernah kamu lalukan. Tapi ingatlah perbuatan buruk yang kamu lakukan, untuk kamu perbaiki ke depannya.
Lupakan perbuatan buruk orang lain kepadamu. Tapi ingatlah perbuatan baik orang lain kepadamu.
Itu akan membuatmu jadi pribadi yang baik.
* * *
Keenam, setiap orang memiliki preferensi yang berbeda-beda.
Maka Jadilah dirimu sendiri, apa adanya. Tidak perlu mengubah dirimu hanya untuk menyenangkan semua orang. Karena kita tak mungkin bisa menyenangkan semua orang.
* * *
Ketujuh, ini yang paling penting. Jadilah kakak yang baik untuk adik-adikmu. Sayangi mereka, lindungi mereka. Berlakulah adil kepada mereka. Kamu kakak tertua mereka. Jadilah teladan yang baik untuk mereka.
Ketika kelak kamu menikah, sayangi dan cintai istrimu juga anak-anakmu, juga mertua dan iparmu. Mereka adalah keluargamu.
Ayah Ibu berharap, engkau menjadi pribadi yang baik, yang bermanfaat kepada sebanyak mungkin orang.
Salam hangat dan semoga lekas pulih ya, Nak.
Bumiharjo, 15 Januari 2023
Ayahmu,
M. Nasrudin
Comments